Sabtu, 17 November 2007

Edensor

Ass.wr.wb.

" Jika hidup ini seumpama rel kereta api dalam eksperimen realtivitas Einstein, maka pengalaman demi pengalaman yang menggempur kita dari waktu ke waktu adalah cahaya yang melesat-lesat di dalam gerbong di atas rel itu...banyak orang yang panjang pengalamannya tapi tak kunjung belajar, namun tak jarang pengalaman yang pendek mencerahkan hidup.." (Edensor, Andrea Hirata).


Menarik sekali..ternyata kuantitas pengalaman yang dimiliki oleh seseorang belum tentu akan mencerahkan hidup. Lantas pengalaman seperti apa yang mampu mencerahkan hidup? Tentu saja, pengalaman apapun akan mencerahkan hidup seandainya mampu menarik pelajaran dari pengalaman tersebut..

Seringkali kita mendengar "Pengalaman adalah guru yang paling baik" sebagian orang mempercayai hal tersebut. Namun, sebagian orang lagi mengatakan sungguh bodoh sekali jika kita harus mengalami hal-hal yang kita tidak inginkan terlebih dahulu dan baru mengambil pelajaran ..Menurut orang-orang ini biarlah orang lain yang mengalami dan kemudian mereka mengambil pelajaran dari orang-orang tersebut.

Saya tidak ingin terjebak dalam masalah keyakinan tersebut. Saya justru ingin menceritakan bagaimana usaha "Bengkel Press" yang telah saya rintis 2 tahun ini ternyata belum berjalan pada kondisi "full capacity". Apa yang saya bisa petik dari kejadian tersebut?

Pada awal usaha tsb. berjalan terlihat bahwa omsetnya akan langsung melejit. Apalagi pada saat itu,dapat dikatakan usaha saya tsb. merupakan generasi awal JBB Press (Perusahaan yang memproduksi mesin press). Peta persaingan dapat dikatakan sedikit kompetitor, keahlian masih jarang dimiliki oleh kebanyakan orang, konsumen yang tersedia banyak. Namun seiring dengan berjalannya waktu omset semakin lama semakin turun.

Saya berusaha mencari tahu apa penyebabnya. Dari hasil pengamatan yang sangat sederhana dan kurang ilmiah ini saya menyimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Karyawan yang saya miliki kurang fokus pada pekerjaan mereka. Harus diakui ini adalah kesalahan saya. Selain mengerjakan press, mereka juga dibebani pekerjaan lain. Sehingga terkadang pekerjaan press tertunda.

2. Tidak meyakini kekuatan branding JBB Press. Selama ini saya terlalu percaya diri sehingga mengabaikan branding. Setelah saya amati betapa JBB Press telah memiliki kekuatan tersendiri dan kepercayaan di mata bikers dan Bengkelers.

3. Saya telah memilih usaha ini sebagai kendaraan untuk mencapai dreams. Tapi pilihan tersebut hanya sebatas lamunan, khayalan, angan-angan hampa. Bukanlah Edensor, Sorbonne yang diingini oleh Andrea "Ikal" Hirata dan Arai. Bukanlah Zakiah yang diingini Arai dan bukanlah A Ling yang diingini Andrea.

Nah..sekarang tinggal Anda memutuskan untuk mengalami seperti saya terlebih dahulu baru mengambil pelajaran atau menambahkan pengamatan yang saya kurang ilmiah untuk dijadikan pelajaran.

Show me The Edensor!

Wass.wr.wb.

Tidak ada komentar: