Senin, 09 Juni 2008

Sharing ASI


Assalamu’alaikum Wr. Wb.,

Kami hanya ingin sharing pengalaman mengenai masalah yang kami hadapi dalam memberikan ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi kami.

Kelahiran putri pertama kami sangatlah kami tunggu-tunggu. Alhamdulillah putri kami lahir pada 28 Feb 2008 dengan berat 2180gr & panjang 45 cm di sebuah RS swasta di Jakarta. Sejak USG kami sudah mengetahui bahwa berat badan putri kami tergolong kurang. Namun alhamdulillah setelah dilakukan pemeriksaan setelah kelahiran, putri kami sehat wal afiat.

Hari-hari di rumah sakit, kami sempatkan untuk menengok bayi kami di ”ruang bayi sehat” untuk saya berikan ASI. Namun selama 3 hari di RS, ASI saya tidak keluar sama sekali. Pada hari ketiga saat hendak keluar dari RS, dokter anak menawarkan kepada saya untuk memberikan susu formula khusus untuk berat badan bayi yang kurang. Awalnya saya berpikir ASI saya akan keluar pada hari ke2 & saya tidak mau anak saya menggunakan susu formula. Namun karena sudah 3 hari saya pikir anak saya belum minum sama sekali maka saya dan suami pun menyetujuinya dengan berat hati karena kami berpikir kasihan bayi kami bila harus menunggu ASI yang tak kunjung keluar.

Setelah berada di rumah, sesering mungkin saya berikan ASI pada anak kami. Namun setiap diberikan, dia menangis kencang sekali. Kami berpikir hal tersebut karena ASI yang keluar masih sedikit sekali, sehingga setelah disusui kami memberikan dia susu formula dengan dot.Tante saya menyarankan untuk dipompa buat merangsang keluarnya ASI. Hasil pompanya ternyata hanya sedikit sekali, hanya 20cc. Hati saya sangat sedih sekali. Namun lagi-lagi suami saya menenangkan saya dengan berkata daripada anak kita kelaparan, kamu pilih yang mana? Selain itu kami berpikir bukan hanya kami yang mengalami hal ini & memberikan susu formula pada bayi. Hari demi hari ASI yang saya pompa meningkat menjadi 50, 60, 80, bahkan pernah mencapai 150cc sekali pompa meskipun sehari hanya bisa 2-3 kali pompa. Hal ini membuat saya semakin percaya diri untuk menyusui putri kami. Namun dia terus saja menangis bila disodori puting. Dokter kebidanan & tante saya yang juga dokter kebidanan mengatakan anak kami mengalami bingung puting dan lebih senang untuk minum dari dot karena lebih mudah keluarnya daripada menyedot langsung dari puting. Selain itu mereka menyarankan biarkan saja anak menangis, nanti juga akan terbiasa & menangis melatih paru2nya. Kami mencoba untuk tidak menghiraukan tangisannya, namun akhirnya kami selalu tidak tega melihat dia kelaparan dengan menangis kecang sekali. Walhasil selama 1,5 bulan saya berikan putri saya susu formula dan ASI yang sudah diperas (lebih banyak diberikan susu formula).

Pada tgl 8 April 2008, ibu saya mendapat informasi dari sepupunya bahwa ia juga mengalami hal yang sama dan berkonsultasi dengan ahli laktasi yang juga seorang dokter anak yaitu dr. Utami Rusli yang sangat concern pada Inisiasi Menyusui Dini (IMD) & pemberian ASI. Setelah berkonsultasi tante saya itu dapat memberikan full ASI pada anaknya. Kami pun mengikuti sarannya untuk melakukan konsultasi dengan dokter tsb.

Alhamdulillah, setelah mengikuti konsultasi yang berlangsung selama 4 jam kami pun sangat mantap dan lebih percaya diri untuk memberikan ASI full pada bayi kami. Hasilnya bayi kami sekarang sudah bisa menyusui dan tidak marah bila disusui.

Pada konsultasi tersebut kami baru menyadari bahwa selama ini kami salah persepsi mengenai ASI yang sedikit serta betapa pentingnya IMD. IMD adalah setelah bayi lahir, bayi dilap (kecuali pergelangan tangannya) kemudian diletakkan di perut ibunya selama minimal 1 jam. Kelahiran merupakan kejadian traumatis pada bayi karena di dalam rahim dia didekap hangat oleh rahim, mendengarkan alunan merdu detak jantung ibunya. Begitu keluar ke dunia, semua itu hilang. Trauma tersebut menyebabkan bayi memiliki kekuatan untuk merangkak di perut ibunya sambil menjilat2 dada ibunya, dan akhirnya ia dapat menemui puting susu ibunya untuk ia hisap. Dengan menjilat2 dada ibunya, ia memindahkan bakteri baik pada ibunya kepadanya. Kemudian pertanyaan yang sering muncul, bagaimana bayi tsb bisa mengetahui letak puting susu ibunya dan kemudian menyusu? Subhanallah, ternyata sambil merangkak,ia mencium pergelangan tangannya yang bau air ketuban. Dari situlah ia menemukan puting susu ibunya karena bau air ketuban sama dengan bau puting susu ibu. Awalnya kami berpikir bahwa kami pun sudah melakukan IMD. Tapi ternyata kami salah besar !! Begitu lahir, bayi kami langsung disodori puting & itu hanya sebentar sekali, hanya 5 menit dengan alasan bayi kami tergolong kecil sehingga takut kedinginan, & ibunya yang juga ditakutkan akan kedinginan karena saya sudah 1 jam berada di dalam air (proses kelahiran saya water birth). Padahal, penelitian oleh ahli laktasi dunia membuktikan bahwa suhu tubuh ibu akan menyesuaikan bayinya. Bila bayi kedinginan, suhu tubuh ibu akan meningkat 2 derajat. Bila bayi kepanasan, suhu tubuh ibu akan turun 1 derajat sehingga hal ini dapat menurunkan resiko kematian pada bayi yang baru lahir. Selain IMD ini sangatlah penting bagi perkembangan bayi. IMD juga dapat dilakukan pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi sesar.

Hal lain yang baru kami ketahui adalah bahwa di RS yang menggunakan ”ruang bayi sehat” alias ibu & anak dipisahkan, sudah HAMPIR PASTI diberikan susu formula. Ternyata suami saya pun pernah melihatnya langsung, meskipun bukan pada anak kami. Adalah non sense alasan yang menyebutkan bila diletakkan di kamar bayi sehat, bayi akan terhindar dari kuman2 yang ada pada ruangan & dari kerabat2 yang berkunjung. Penelitian membuktikan 50% kekebalan tubuh bayi turun bila dipisahkan dari ibunya. Siapa yang menjamin ”kamar bayi sehat” itu benar2 steril? Suster, dokter yang berada di kamar itu juga manusia, yang bisa sakit dan menulari bayi. Bayangkan, sudah dipisahkan dari ibunya yang menyebabkan kekebalan bayi menurun , bayi diletakkan di ”kamar sehat” yang notabene tidak menjamin.

Masuk pada permasalahan yang sering dihadapi oleh ibu-ibu, yaitu mengenai produksi ASI yang sedikit. Ternyata persepsi itu salah besar. Produksi ASI itu bekerja sesuai hukum permintaan. Setiap bayi Anda membutuhkannya, maka tubuh akan memproduksinya sebanyak yang ia butuhkan. Lalu pertanyaan yang muncul dibenak saya darimana kita tahu bahwa bayi itu sudah cukup padahal ia hanya menyusu sekitar 15 – 30 menit? Sedangkan bila saya berikan susu dengan botol, saya lebih percaya diri bahwa anak saya sudah pasti cukup. Kenyataannya, hanya bayi yang tahu berapa kebutuhannya. Jadi teman-teman tidak usah khawatir bila bayinya kekurangan atau tidak. Pada sesi konsultasi tsb, kita juga diajarkan bagaimana posisi menyusui yang benar. Hal ini merukan salah satu faktor keberhasilan menyusui. Selain itu yang berpengaruh pada produksi ASI adalah hormon oksitosin. Dokter bisa memberikan tips2 posisi menyusui, komposisi makanan yang baik untuk meningkatkan produksi ASI, namun tidak untuk faktor yang satu ini. Hormon oksitosin sangat dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu. Bila ibu merasa ASI nya sedikit, atau sedang kesal/marah, maka produksi ASI sudah pasti sedikit. Oleh karenanya,sangat penting buat ibu-ibu untuk selalu positive thinking dan positive feeling. Disinilah peran seorang suami untuk mendukung istrinya dalam memberikan ASI. Kegagalan ibu menyusui merupakan kegagalan ayah.

Kalau membahas manfaat ASI, tentunya kita sudah mengetahuinya bahwa anak ASI memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi, mengandung zat gizi yang sangat baik yang tidak didapat pada susu formula, dll. Namun yang jarang diketahui adalah ASI dapat membuat anak menjadi sholeh/sholehah. ASI merupakan cairan hidup yang mengandung DNA dan RNA ibu. Jadi sifat2 ibu juga terdapat pada ASI. Selain itu ASI lebih mudah dicerna oleh pencernaan bayi. Taukah kita bahwa satu botol kita memberikan susu formula pada anak, pencernaannya akan mencerna selama satu minggu!! Pada awal-awal saya memberikan full ASI, anak kami tidak BAB selama 2 hari. Kami pun panik. Namun ternyata hal tersebut disebabkan karena ASI mudah dicerna tubuh sehingga terserap semua.

Sekarang ini, susu formula makin gencar dengan menambahan zat-zat gizi seperti AA & DHA yang katanya bisa menyamai ASI. Pada kenyataannya zat-zat tambahan tersebut tidak dapat diserap oleh bayi. AA & DHA baru bekerja jika ada enzim lipase. Berbeda dengan ASI yang merupakan cairan hidup, AA & DHA pada susu formula tidak mengandung enzim tsb sehingga tidak dapat diserap. Tahukah kita bahwa setiap ibu yang melahirkan anaknya pada hari dan jam yang sama memiliki kandungan ASI yang berbeda-beda? Bahkan tiap menit, komposisi ASI pada seorang ibu akan berubah-ubah. Hal ini ternyata disebabkan oleh komposisi ASI itu disesuaikan dengan pencernaan bayi masing-masing. Subhanallah!! Maka dari itu, bisa kita bayangkan bila bayi diberikan susu formula. Selain itu, bayi ASI memiliki pertambahan berat badan yang lebih pada usia 6 bulan pertama dibanding bayi formula, namun setelah usia 6 bulan bayi formula mengalami peningkatan berat badan yang melebihi bayi ASI.

Masalah lain yang masih berkaitan dengan ASI adalah bentuk puting ibu yang tenggelam. Hal ini dialami oleh seorang ibu yang juga ikut konsultasi berbarengan dengan kami, sehingga ia menggunakan alat bantu berupa nipple shield. Namun ternyata, hal tersebut bukanlah suatu hambatan dalam menyusui karena puting hanya sebagai marker / tanda bahwa posisi puting harus berada di atas langit-langit bayi yang tidak bertulang.

Pentingnya ASI sudah disadari oleh negara-negara Barat, khususnya Skandinavia, sejak 1987. Bahkan di negara-negara Skandinavia, cuti melahirkan & pasca melahirkan selama satu tahun. Empat bulan pertama, ibu diwajibkan cuti dengan harapan pemberian ASI ekslusif (pada masa tsb gaji tetap dibayar 100%). Dua bulan berikutnya ayah diwajibkan cuti (pada masa tsb gaji tetap dibayar 90%). Enam bulan berikutnya diberikan pilihan siapa yang akan menjalani cuti.

Sekali lagi, kami hanya ingin berbagi pengalaman dan informasi yang kami dapat. Menurut kami konsultasi laktasi sebaiknya dilakukan pada masa kehamilan. Namun apabila sudah memiliki bayi, tidak ada kata terlambat. Apabila ada kata-kata yang salah dan kurang berkenan mohon dimaafkan.

Semoga bermanfaat.

Wassalam,
Rima & Robi


1 komentar:

Author mengatakan...

Rima, Robi,
Kami juga berusaha untuk full ASI waktu di rumah sakit. Susternya menawarkan bayinya untuk ditaruh sekamar dengan ibunya dan kami setuju. Capek sih, tapi rasanya senang.
Selamat puasa, maaf lahir batin. Semoga ibadah kita memberi berkah.